Kali ini Kang Konde akan sharing, kisah seorang kepalaga yang gagal membina keluarga, yang gagal menjaga amanah seorang imam dalam keluarga, sehingga berantakan semua, keluarga, ekonomi, keluarga kecil ini mempunyai anak satu ketika anaknya sakit, dan harus di bawa ke rumah sakit yang besar karena penyakit yang mendera anaknya, sangat kronis, keluarga ini pasrah harus bagaimana karena yang di butuhkan biaya yang sangat tinggi, sebagai kepala keluarga yang harusnya bertagung jawab, namun entah bagaimana karena sehari-sehari dengan istrinya hanya buka warung sederhana dengan hasil yang tidak menentu. mau pinjam uang ke siapa karena sudah banyak hutang ke mana-mana, sehingga anaknya yang sedang sakit itu menghembuskan nafas di puskesmas Cililin, Bapa ini sangat terguncang pikirinya beliau menyalahkan diri sendirinya.
Bapa ini dan istrinya berusaha bangkit dari keterpurukan namun tetap tidak stabil ekonomi keluarga sangat kacau balau, tidak menentu namun terus semangat untuk bangkit setahun sudah putranya tiadak, namun rasa sakit di hati tetap terasa karena bapa ini sangat menyalahkan diri nya sendiri, bapa itu selalu berkata dalam hatinya, seandainya saja bisa cari uang yang banyak seperti layaknya manusia hidup lainya.
Suatu ketika istrinya kecelakan lalulintas, bapa ini sangat terpukul dengan musibah yang di terpanya kepedihan di tinggalkan putranya yang baru berusia 4 tahun, kini sudah di terpa lagi musibah istri tercintanya kecelakaan dan membutuhkan biaya tidak sedikit
Dan akhirnya sembuh istrinya dengan berobat menggunakan kartu kis, namun maslah demi masalah selalu tumbuh, karena warung yang jadi jadi tumpuan keluarga ini bangkrut, dan meninggalkan hutang di mana-mana, lalu bapa ini berpikir harus bagaimana mengatasinya, mau kerja-kerja kemana karena bapa ini hanya lulusan kelas empat SD.
Bapa ini berniat menjual rumahnya untuk membayar hutang-hutangnya, namun istri tercintanya itu menolak, dan istrinya meminta izin mau jadi TKI ke singapore si bapa ini sangat galau dan sangat membeci dirinya sendiri, bapa ini hanya pasrah, kasih izin tidak, melarang tidak, bapa ini sangat sayang sama istirinya apa lagi istrinya itu baru sembuh dari kecelakaan waktu itu, dan pada akhirnya istri tercintanya jadi TKI dan sudah terbang ke singapore.
Namun hutang-hutang yang harus di bayar setiap bulan tidak boleh tidak harus ada, sedangkan istrinya baru bisa menerima gajih setelah enam bulan, dan bapa ini memutuskan untuk menjual kios miliknya untuk membayar hutang-hutang, padahal niat si bapa ini mau pergi ke
jakarta cari kerja, namun bapa ini terikat dengan kesibukanya karena di kampungnya bapa ini membuka kersus dasar komputer gratis buat anak-anak, bapa ini sangat bingung jadi buah simalakama buatnya, di satusisi kebutuhan pribadinya sangat membutuhkan uang buat bayar hutang-hutang, di sisi lain bapa ini punya anak-anak asuhnya yang sedang belajar komputer secara gratis ini, 45 anak asuhnya, sehingga bapa ini dengan berat hati menjual kios miliknya, untuk membayar hutang, namun kebutuhan untuk diri sendirinya saja bapa ini sudah tidak tercukupi.
Dan merasa bersalah, membeci dirinya sendiri selalu menyelimuti dirinya, dan selalu memberikan semangat pada istri tercintanya, padah hatinya bagaikan teriris-iris selet yang tajam. Memberikan Motivasi semangat sama anak asuhnya tak henti-henti beliau sampaikan, jangan sampai anak asuhnya itu gagal seperti dirinya, yang hanya lulusan kelas empat SD,
Masalah belum berakhir bapa ini selalu menatap poto putranya almarhum, dan air matanya berlinang, dan selalu mengucap dalam batinya.. maafkan bapa nak,, maafkan bapa mih.. bapa tidak bisa menjaga kalian,
edneansitus
HALAMAN SELANJUTNYA: